Ceramah Maulid Nabi: 3 Pengorbanan Rasulullah yang
Mengharukan
Saudara-saudaraku, momentum Maulid Nabi seharusnya
menjadikan kita lebih mencintai Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam,
lalu kecintaan itu membuat kita mengikuti beliau dan meneladaninya. Jangan
sampai, maulid Nabi justru membuat kita semakin jauh dari sunnahnya.
Untuk lebih mencintai Nabi, mendekati tanggal 12 Rabiul Awal yang diyakini
sebagai hari kelahiran Rasulullah, Maulid Nabi, perlu kita putar kembali
ingatan kita kepada besarnya kasih sayang dan pengorbanan beliau untuk umatnya.
Kasih sayang itu, bahkan menjadi sifat Rasulullah yang difirmankan Allah
Ta'ala:
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
sSungguh
telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya
penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat
belas kasih lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin (QS. At-Taubat :
128)
Dalam menjelaskan ayat ini, Sayyid Qutb dalam Tafsir Fi Zhilalil Qur'an
mengatakan, "Allah tidak mengatakan 'rasul dari kalian' tetapi mengatakan
'dari kaummu sendiri'. Ungkapan ini lebih sensitif, lebih dalam hubungannya dan
lebih menunjukkan ikatan yang mengaitkan mereka. Karena beliau adalah bagian
dari diri mereka, yang bersambung dengan mereka dengan hubungan jiwa dengan
jiwa, sehingga hubungan ini lebih dalam dan lebih sensitif."
Sedangkan Ibnu Katsir dalam Tafsir Qur'anil Adzim berkata, "Allah
SWT menyebutkan limpahan nikmat yang telah diberikan-Nya kepada orang-orangy
mukmin melalui seorang rasul yang diutus oleh-Nya dari kalangan mereka sendiri,
yakni dari bangsa mereka dan sebahasa dengan mereka."
Diantara kasih sayang dan pengorbanan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
adalah tiga hal berikut:
1. Selalu Menginginkan Keselamatan dan Kebaikan bagi Umatnya
Rasulullah senantiasa menginginkan keselamatan dan kebaikan bagi umatnya,
meskipun pada saat itu mereka masih menentang dakwah Rasulullah. Bahkan
memusuhi dan menyakiti hati Sang Nabi. Rasulullah tidak ingin umatnya diadzab
Allah, meskipun malaikat telah datang menawarkan bantuan, seakan malaikat itu
sudah tidak sabar dengan penderitaan Muhammad akibat permusuhan kaum/kabilah
tertentu.
Hari itu, Rasulullah berdarah-darah. Kakinya terluka oleh lemparan batu
penduduk Thaif. Bukannya menerima dakwah Rasulullah, mereka justru mengusir
Rasulullah dengan cacian dan batu. Betapa sedih hati Rasulullah saat itu.
Kesedihannya bukan karena merasakan sakitnya darah mengalir, tetapi karena
umatnya belum mendapat hidayah. Jika air mata Rasulullah berlinang pada saat
itu, itu bukan karena perihnya luka, tetapi karena sayangnya beliau kepada
umat.
Rasulullah kemudian bersimpuh, berdoa kepada Allah dengan doa yang menyayat
hati, terutama bagi Zaid bin Haritsah yang menemani beliau saat itu: "Ya
Allah, kepadaMu juga aku mengadukan kelemahan kekuatanku, kekurangan siasatku
dan kehinaanku di hadapan manusia. Engkau Yang Paling Pengasih, Engkau adalah
Tuhannya orang-orang lemah, Engkaulah Tuhanku, kepada siapa hendak Kau serahkan
diriku? Kepada orang jauh yang bermuka masam kepadaku, ataukah musuh yang akan
menguasai urusanku? Aku tidak peduli asalkan Engkau tidak murka kepadaku, sebab
sungguh teramat luas rahmat yang Engkau limpahkan kepadaku. Aku berlindung
dengan DzatMu yang menyinari segala kegelapan dan yang karenanya urusan dunia
dan akhirat menjadi baik, agar Engkau tidak menurunkan kemarahanMu kepadaku
atau murka kepadaku. Engkaulah yang berhak menegurku hingga Engkau ridha. Tidak
ada daya dan kekuatan selain denganMu"
Saat itulah kemudian malaikat datang kepada beliau dengan menawarkan bantuan
untuk menghukum penduduk Thaif. "Wahai Rasulullah, berilah aku perintahmu.
Jika engkau mau aku menghimpitkan kedua bukit ini pun niscaya aku akan
lakukan!"
Rasulullah menjawab, "Jangan... Jangan! Bahkan aku berharap Allah akan
mengeluarkan dari tulang sulbi mereka keturunan yang akan menyembah Allah
semata, tidak disekutukanNya dengan apa pun... !" Berkat doa Rasulullah
ini, beberapa tahun kemudian penduduk Thaif menjadi ahli tauhid. Bahkan ketika
ada kasus murtad sepeninggal Rasulullah, Thaif merupakan salah satu daerah yang
steril dari kemurtadan.
Pada kesempatan yang lain, sahabat beliau Thufail bin Amr datang mengadukan
kaumnya yang tidak mau menerima dakwah, bahkan menentangnya. Thufail meminta
Rasulullah berdoa kepada Allah untuk kehancuran penduduk Daus, namun beliau
berdoa dengan doa lain yang membuatnya terpesona. “Ya Allah, tunjukilah
penduduk Daus dan bawalah mereka ke sini sebagai orang-orang Islam,” berkat doa
Rasulullah ini, kelak ketika seusai perang Khaibar penduduk Daus datang ke
Madinah untuk memberikan kabar gembira keislaman mereka. Tak kurang dari 80
keluarga datang bersama Thufail saat itu.
Demikian juga dalam banyak kesempatan yang lain. Ketika orang-orang Quraisy dan
kafir lainnya menentang Rasulullah dan mencaci makinya, beliau kerap membalas
kejahatan mereka dengan doa: "Allaahummahdii qaumii, fainnahum laa
ya'lamuun" (Ya Allah, ampunilah kaumku. Sesungguhnya mereka belum
mengetahui).
Keinginan Rasulullah agar umatnya berada dalam keselamatan dan kebaikan serta
terhindar dari adzab ini diijabahi Allah dengan ketentuanNya. Dia
mengistimewakan umat Muhammad dengan tidak menurunkan adzab kepada mereka.
Tidak seperti kaum terdahulu, di saat mereka ingkar kepada ajaran Nabi, mereka
dihukum dengan adzab yang menghancurkan dan menghabisi riwayat kaum tersebut.
2. Memberi Syafaat bagi Umatnya
Inilah kasih sayang dan pengorbanan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam
yang kedua, yang tidak dimiliki oleh para nabi sebelumnya. Yakni syafaat untuk
umat.
Sebenarnya, setiap Nabi diberikan doa mustajab oleh Allah. Namun, nabi-nabi
sebelumnya telah menggunakan doa tersebut, sebagiannya sebagai senjata pamungkas
untuk menghancurkan orang-orang kafir dengan adzab Allah. Adapun Nabi Muhammad
shallallahu 'alaihi wasallam, beliau menyimpan doa tersebut sebagai syafaat
bagi umatnya, kelak di hari hisab.
Rasulullah bersabda:
لِكُلِّ نَبِىٍّ دَعْوَةٌ مُسْتَجَابَةٌ فَتَعَجَّلَ كُلُّ نَبِىٍّ دَعْوَتَهُ وَإِنِّى اخْتَبَأْتُ دَعْوَتِى شَفَاعَةً لأُمَّتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَهِىَ نَائِلَةٌ إِنْ شَاءَ اللَّهُ مَنْ مَاتَ مِنْ أُمَّتِى لاَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا
"Setiap Nabi memiliki doa yang mustajab, maka setiap
nabi menyegerakan doanya. Dan sesungguhnya aku menyembunyikan doaku sebagai
syafa'at bagi umatku pada hari kiamat. Dan insya Allah syafa'atku untuk setiap
orang yang mati dari kalangan umatku dalam keadaan tidak menyekutukan Allah
dengan sesuatu apa pun" (HR. Muslim)
Subhanallah… Rasulullah bersabar dengan kesabaran yang sempurna, bahkan tidak
dimiliki oleh Nabi sebelumnya, untuk tidak menggunakan "doa
pamungkas" itu kecuali di akhirat nanti, sebagai syafaat bagi umatnya.
Dalam hadits lain yang sangat panjang, dikisahkan bahwa nanti di hari kiamat
manusia ingin memperoleh syafaat. Mereka datang meminta syafaat kepada Nabi
Adam, Ibrahim, Nuh, Musa, dan Isa. Tetapi semuanya malu meminta syafaat kepada
Allah. Maka mereka pun mendatangi Rasulullah, dan beliau pun memintakan syafaat
kepada Allah.
3. Meringankan Sakaratul Maut Umatnya
Kasih sayang dan pengorbanan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam yang
tidak kalah besarnya terjadi pada akhir hayat beliau. Saat itu, Malaikat maut
ditemani Jibril datang kepada beliau mengabarkan hendak mencabut nyawa beliau.
“Bolehkah aku masuk?” kata seseorang yang mengetuk pintu rumah Rasulullah. Saat
itu Fatimah menunggui sang Nabi.
“Maaf, ayahku sedang demam,” jawab Fatimah.
Tetapi, Rasulullah yang tahu bahwa tamu itu adalah malaikat, beliau menyuruh
Fatiman mempersilakan. “Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan
sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut,”
Fatimah menahan tangis, sadar akan berpisah dengan ayah tercinta.
Malaikat maut datang menghampiri, lalu mengajak Jibril setelah Rasulullah
menanyakannya.
“Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?” tanya Rasululllah,
suaranya telah melemah.
“Pintu-pintu langit telah dibuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua
surga terbuka lebar menanti kedatanganmu, ” kata Jibril.
Di saat seperti itu, Rasulullah tetap memikirkan umatnya. Beliau tidak puas
dengan jawaban Jibril untuk beliau saja.
“Engkau tidak senang mendengar khabar ini wahai kekasih Allah?” tanya Jibril.
“Wahai Jibril, bagaimana dengan nasib umatku kelak?”
“Jangan khawatir, wahai Rasulullah, aku pernah mendengar Allah berfirman
kepadaku: ‘Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada
di dalamnya,” kata Jibril.
Setelah itu, sesuai perintah Allah, malaikat maut perlahan-lahan mencabut ruh
Rasulullah. Fatimah dan Ali yang duduk di dekat Nabi tak kuasa menahan air
mata. Bahkan Jibril juga tak "tega." Namun, Rasulullah justru meminta
agar beliau menanggung sakaratul maut umatnya.
“Ya Allah, dahsyat nian sakaratal maut ini, biarlah aku menanggung sakaratul
maut ini, jangan (beratkan sakaratul maut) pada umatku," pinta Rasulullah.
Setelah berwasiat “Ummatii, ummatii, ummatiii!” beliaupun menghembuskan
nafasnya yang terakhir.
Sang Nabi terakhir yang sangat mencintai umatnya itupun menghadap Allah untuk
selamanya. Fatimah dan Ali tak kuasa menahan duka dan kesedihan.
Kita pun sangat pantas bersedih, bahkan di saat kita belum melakukan apapun
untuk Islam, Rasulullah telah menanggung (sebagian) sakitnya sakaratul maut
kita.
Pertanyaannya, apakah kita kemudian terpanggil untuk lebih mencintai Nabi,
mengikuti dan meneladaninya? Semoga momentum maulid Nabi membuat kita sadar
kasih sayang dan pengorbanan Rasulullah, lalu kita pun mencintai Nabi,
mengikuti dan meneladaninya. Wallaahu a'lam bish shawab. [Abu Nida]\
Nadya jeung sadulur
mah, moméntum Kalahiran
Nabi kudu nyieun
urang leuwih asih Nabi Muhammad shallallahu
'alaihi wasallam, jeung nu cinta
nu ngajadikeun urang nuturkeun manéhna jeung
niru manéhna. Ulah
ingkeun ulang tahun Nabawi ngajadikeun urang leuwih jauh ti Sunnah.
Pikeun sunda teh Nabi,
approaching nu ka-12
tina Rabiulawal al-Awwal
dipercaya jadi hari
Nabi, Nabawi Birthday,
urang kudu ngulang deui kenangan urang ka
gedena sunda sarta
kurban pikeun rahayatna.
Kasih sayang, komo ka alam Rosululloh
Alloh swt hath diucapkeun:
لقد جاءكم رسول من أنفسكم عزيز عليه ما عنتم حريص عليكم بالمؤمنين رءوف رحيم
Sungguh geus datang
ka Anjeun hiji
Rasul ti imah bapana
Anjeun sorangan, beurat
dirasakeun ku anjeunna nalangsara, rék (iman
jeung kasalametan) anjeun, rahmat
deui pisan asih
ka mukmin (QS
Dina-Taubah:. 128)
Dina dijelaskeun ku ayat ieu, Sayyid
Qutb dina Zhilalil
Fi Tafsir Quran
nyebutkeun, "Allah teu nyebutkeun 'rasul
anjeun' tapi ceuk 'jalma maneh sorangan'.
Éksprési Ieu leuwih
sensitip, beuki loba nempokeun dina
hubungan beungkeut nyambungkeun
maranehna. Sabab manéhna
téh mangrupa bagian tina diri urang,
nu terus jeung
sambungan jiwa maranéhanana
jeung jiwa, ku kituna hubungan ieu téh deeper
jeung leuwih sensitip. "
Sedengkeun Tafsir Ibnu Kathir di Qur'anil Adzim ngomong,
"Allah disebutkeun berkah
loba pisan anu geus dibikeun ka mu'min orangy
ngaliwatan utusan anu dikirim ku éta manéhna ti antara sorangan, ti
bangsa jeung sebahasa
maranéhanana sareng maranehna."
Antara cinta jeung kurban Nabi shallallahu
'wasallam alaihi nyaeta tilu hal:
1. Salawasna Wanting
Kasalametan jeung kahadean pikeun Jalma-Na
Nabi sok hayang kaamanan
jeung alus rahayatna,
sanajan dina waktu anu masih ngalawan propaganda
Rasulullah saw. Komo mumusuhan jeung menyakiti
Nabi. Nabi teu
hayang urang nya diadzab
Allah, sanajan malaikat kungsi datang ka nawarkeun bantuan, saolah-olah malaikat
anu geus teu sabaran jeung Muhammad nalangsara
alatan mumusuhan tina
/ suku tangtu.
Dina sapoe, Rasul perdarahan. Leg Nya ieu
luka ku batu
buang warga Ta'if.
Tinimbang nampa payel nu keur propaganda Nabi, bakal
ngaluarkeun utusan jeung hinaan jeung
batu. Kumaha jantung
hanjelu Nabi dina
mangsa éta. Duka teu ngarasa nyeri alatan
getih ngalir, tapi kusabab urang nya geus teu
narima hidayah. Lamun
lawon welled Nabi
dina waktu éta, acan alatan pangs tatu, tapi kusabab Hanjakalna manéhna ka
rahayat.
Nabi mangka knelt,
ngado'a ka Allah jeung
doa, jantung-wrenching,
hususna keur Zaid bin Haritha nu marengan
manéhna di waktu:. "O Allah, ka
Thee oge Teluh
ngajentrekeun kalemahan, shortcomings jeung kehinaanku
siasatku saméméh lalaki
Anjeun Nu Maha Asih, Anjeun téh jalma lemah
Gusti, Thou seni
Allah mah, ka
saha Anjeun hoyong ngalebetkeun sorangan? pikeun
jauh éta surly
ka kuring, atawa musuh bakal ngawasaan bisnis
mah? mah teu
paduli salami anjeun teu anger kuring, for deui
nyaeta anugerah pisan lega nu Anjeun bestow dina kuring.
kuring ngungsi jeung DzatMu nu illuminates
kabéh gelap jeung
nu saba kitu urusan
dunya jeung akhirat
jadi alus, ku
kituna anjeun teu mawa turun murka ku amarah
kuring atawa ka
kuring. Anjeun dijudulan
spoke ka kuring nepi
ka Anjeun pelesir. teu aya daya jeung
kakuatan ogé jeung
You "
Éta lamun mangka
malaikat datang ka manéhna jeung tawaran
bantuan pikeun ngahukum nu pangeusi tina
Ta'if. "O Rasul
Allah, méré kuring
pemesanan Anjeun. Lamun hayang kuring squeeze
pasir ogé pasti
kuring bakal ngalakukeun!"
Anjeunna ngawaler, "Ulah ...
Ulah! Komo, Mugi
Gusti bakal narik kaluar ti
coccyx turunan maranéhanana
anu baris ibadah Allah
bae, teu disekutukanNya jeung
nanaon ...!" Atuh ka solat Nabawi, sababaraha taun sanggeusna populasi Ta'if
jadi monotheist. Komo
lamun aya kasus
Pemurtadan sanggeus maot Nabi, nu Taef
mangrupa salah sahiji wewengkon steril tina Pemurtadan.
Dina kasempetan nu séjén, para sahabatna datang Thufail
bin ngirut Teluh
nu urang nya teu
bakal narima propaganda,
malah ngalawan eta. Thufail nanya ka Nabi
ka taqwa ka Allah
pikeun karuksakan populasi Daus, tapi manéhna ngado'a jeung sajabana
nu fascinated. "O Allah, populasi tunjukilah Daus jeung mawa eta dieu salaku umat
muslim," hatur nuhun kana doa
Nabawi, engke lamun sanggeus perang populasi
Khaibar Daus datang
ka Madinah méré eta beja hade Islam. Teu aya nu ukur
ti 80 kulawarga datang
babarengan Thufail waktu éta.
Kitu ogé, dina loba kali séjénna. Lamun
Quraisy jeung geus
kafir lianna ngalawan Nabi
jeung berate makinya,
manéhna mindeng avenge kajahatan maranéhna jeung
doa hiji: "Allaahummahdii
qaumii, fainnahum ya'lamuun laÃ" (O
Allah, ngahampura jalma mah Komo maranehna teu nyaho.).
Utusan kahayang nu
urang nya aya di kaamanan
jeung kahadean jeung
pikeun nyegah murka Allah nyaeta diijabahi
jeung dibekelan anak.
Manéhna favored nu
Ummah Muhammad nu
taya panurunan siksa maranehna. Teu kawas baheula,
basa aranjeunna rebelled ngalawan ajaran Nabi, maranéhanana dihukum jeung siksa
jeung maehan ngancurkeun
sajarah suku.
2. Mere syafaat
pikeun Jalma-Na
Ieu rasa cinta jeung
kurban Nabi Muhammad
shallallahu 'alaihi wasallam kadua, nu teu dipiboga ku nabi saméméhna. Nyaéta
syafaat pikeun urang.
Sabenerna, unggal Nabi dirumuskeun ku doa
Allah efficacious. Tapi, nabi saméméhna
geus dipaké solat,
sabageannana minangka Pakarang pamungkas ka ngancurkeun
golongan kafir jeung murka Allah. Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam,
manéhna ngaheéat jadi doa intercessory pikeun
rahayatna, saterusna dina poé reckoning.
Rasul Allah ngadawuh:
لكل نبى دعوة مستجابة فتعجل كل نبى دعوته وإنى اختبأت دعوتى شفاعة لأمتى يوم القيامة فهى نائلة إن شاء الله من مات من أمتى لا يشرك بالله شيئا
"Unggal nabi geus solat efficacious,
mangka unggal nabi hasten solat-Na. Sarta
pasti mah nyumputkeun
solat mah salaku
syafaat pikeun Ummah
mah dina Poé
Kiamat. Sarta Allah
syafa'atku daék keur
unggal jalmi nu mati ti antara jalma mah
dina kaayaan teu associating
Allah jeung hal
naon bae "(HR. Muslim)
Subhanallah ... sabar
Rasul jeung kasabaran
sampurna, komo teu
dipiboga ku nabi saméméhna,
mun teu maké "solat pamungkas" iwal di akhirat, sakumaha syafaat pikeun rahayatna.
Dina hadits sejen
anu pohara lila, ceuk nu saterusna dina
poé jalma hayang laun
syafaat kiamat. Maranéhanana
datang nanyakeun pikeun syafaat Nabi Adam,
Ibrahim, Nuh, Musa, jeung Isa. Tapi sakabeh
malu ngeunaan nanyakeun
syafaat ka Allah. Ngarah datang ka Nabi,
sarta manéhna kudu ménta syafaat ka Allah.
3. nulungan Sakaratul
Pupusna Jalma-Na
Asih jeung kurban Nabi Muhammad shallallahu
'alaihi wasallam teu kurang
gedena lumangsung di ahir hirupna. Dina waktu
éta, malaikat maot dipirig ku Jibril datang
ka manéhna preach manéhna ngeunaan mawa
hirup.
"Nu kitu mah asalna di?" Ceuk lalaki
anu knocked dina panto imah Nabi. Dina
waktu éta Nabi Fatimah nungguan.
"Hampura, Bapa mah geus muriang," ceuk Fatimah.
Tapi, Nabi nu
weruh yén éta téh hiji malaikat hirup,
manéhna ka Fatiman ngajemput. "Behold, manéhna nu abolished nu pelesir samentara, manéhna nu misahkeun pasamoan
di dunya. Manéhna malaikatul maot, "Fatimah
deui lawon, sadar
tina bagian jeung
ramana tercinta.
Malaikat maot datang
leuwih ti jeung nyandak
Jibril sanggeus Nabi
ditanya.
"Jibril, nu am mah ngajelaskeun engké
dina ayana Allah?"
Tanya Rasululllah, sora-Na geus ngaruksak.
"The lawang sorga
geus dibuka, malaikat
geus nungguan jiwa
Anjeun. Sadaya sawarga
kabuka dago-rupa for
anjeun datang, "ceuk Jibril.
Dina kali kitu,
Nabi terus pamikiran
urang nya. Manéhna teu puas jeung jawaban
nya ngan Jibril.
"Maneh teu happy ngadangu Khabar ieu
O lover Allah?"
Tanya Jibril. "O Jibril, naon ngeunaan
nasib nu bakal datang mah jalma?"
"Ulah salempang, O Rasul Allah mah, geus
ngadéngé Allah ngadawuh ka kuring: 'Kuharamkan Haven
for urang jeung saha, iwal rahayat
Muhammad geus aya
di jerona," ceuk Jibril.
Sanggeus éta, nurutkeun pemesanan
ti Allah, malaikat maot lalaunan tarik
kaluar sumanget Nabi. Fatimah jeung Ali
anu diuk deukeut
Nabi ieu teu bisa
tahan deui lawon.
Komo Jibril ogé
teu "biruang". Tapi, Nabi bakal
ménta manéhna ka
tega panto flock
pupusna urang.
"Duh Gusti, ieu dahsyat maot sakaratal Nian,
hayu kuring tega panto
ieu maot Kang,
teu (panto tekenan
maot sacara) dina urang mah," tanya
Nabi. Sanggeus intestate
"Ummatii, ummatii, ummatiii!" Beliaupun napas panungtungan.
Nabi panungtung nu
dipikacinta rahayat naros ka Allah pikeun
kalanggengan. Fatimah jeung Ali teu bisa
nolak kanalangsaan jeung sedih.
Urang ogé pohara aya
gunana sabab sedih, sanajan
urang teu ngalakukeun
nanaon ka Islam, Nabi kudu tega (bagian) urang ngambekan geringna panungtungan-Na.
Ditaroskeun téh, naha urang mangka disebut sunda
teh Nabi, turutan jeung niru manéhna? Muga
moméntum ulang tahun Nabawi ngajadikeun urang sadar asih jeung
kurban Nabi, mangka urang ogé sunda teh Nabi,
turutan jeung niru. Wallaahu sowab weruh
bish pangalusna. [Abu
Nida]