namaku

namaku
Endan syaepul syahdan

Selasa, 20 Januari 2015

memmbuat kompor dari kaleng miuman


Membuat kompor spiritus dengan kaleng minuman ringan

Pada blog kali ini, saya akan menunjukkan cara membuat kompor yang berbahan bakar spiritus kepada semua pembaca. Sebelumnya, saya ingin menjelaskan apa keuntungan dari kompor mini ini :
  • pembuatan kompor ini menggunakan kaleng bekas yang berarti kita bisa mendaur ulang limbah karena kaleng sendiri adalah limbah yang tidak bisa terurai
  • pembuatan kompor ini juga mudah dan tidak memakan waktu yang lama
  • hasil pembakaran dari kompor ini juga tidak menimbulkan polusi yang mencemari lingkungan
 Langsung saja saya jelaskan alat dan bahan dari pembuatan kompor ini :
  1. 3 Kaleng minuman ringan bekas
  2. Cutter
  3. Gunting
  4. Paku pin
  5. Penggaris
  6. Spidol


Sekarang, lanjut ke cara pembuatan ya. langkah-langkahnya akan saya jelaskan secara singkat dan jelas. berikut caranya :
  1. Setelah semua alat siap, pertama yang saya lakukan adalah menandai titik-titik sebanyak 24 titik pada alas kaleng pertama, hal ini ditujukan agar lubang yang tercipta nanti rapih. setelah ditandai, lanjut melubangi titik-titik tersebut dengan paku pin (menurut pengalaman saya, jika anda tidak memiliki paku pin, anda bisa memakai paku kecil yang dipukul-pukul dengan palu. Memang sedikit kurang rapih dibanding menggunakan paku pin)
  2. Langkah selanjutnya adalah melubangi bagian alas kaleng pertama melingkar dengan menggunakan cutter atau pisau (diusahakan jangan sampai menyentuh pinggir alas kaleng)
  3. Lalu, belah kaleng menjadi dua dengan ukuran 2,7 cm dari alas kaleng dengan menggunakan cutter
  4. Kemudian, pada langkah ini hampir sama dengan langkah ketiga. belah kaleng minuman yang kedua menjadi dua dengan ukuran 3.0 cm dengan menggunakan cutter
  5. Lalu, ambil 3.5 cm bagian dari kaleng minuman ketiga dengan menggunakan cutter yang nantinya akan dimasukkan ke bagian dalam.
  6. Hasil saya seperti ini 
 Oiya, kalau ada yang bingung sama urutan dari penggabungan tadi, ini saya beritahu urutannya :


 Sekian dari saya, mohon maaf jika ada kekurangan. dan jikalau ada yang ingin memberi kritik atau komentar, akan saya terima dengan lapang dada.

Jumat, 16 Januari 2015

puisi islami wanita shollehah

        WANITA SHALEHA
Oleh Andi Darfawati dan Andi Umrah

Senyumnya..
Bagaikan tanda kelembutan tutur katanya
Dihiasi dengan wajah yang berseri
Bagaikan buktu ketaatan ibadahnya

Rambut yang terbalut indah oleh hijabny
Tangan yang cantik karena pacarnya
Berjalan dengan tertunduk....
Bagaikan wanita yang menjaga martabatnya

Kitab....
Tergenggam erat di tangannya
Bukti wanita cerdas
Yaang mampu memilih keputusan
Dengan baik di sertai senyum

Indah...
Kata yang pantas untuknya
Bukti kebaikan pribadinya
Wanita yang baik akhlaknya

Kamis, 15 Januari 2015

text dakwahan maulid

Ceramah Maulid Nabi: 3 Pengorbanan Rasulullah yang Mengharukan
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgA_B83XSce2JxoZEQ31fteDDnDY-hlUuH0aXMOWvWAmnCHnjjUk7GWZ4T3rs2HG6ekLjmGo2oic-EeIUhiTZ0Hhrh26xL1MlCT_0XEk5qaMiLgqzXxkQoFAaXZFl1OET7EjGjpKmxfzQ/s320/Ceramah+maulid+Nabi+-+Pengorbanan+Muhammad.jpg

Saudara-saudaraku, momentum Maulid Nabi seharusnya menjadikan kita lebih mencintai Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, lalu kecintaan itu membuat kita mengikuti beliau dan meneladaninya. Jangan sampai, maulid Nabi justru membuat kita semakin jauh dari sunnahnya.

Untuk lebih mencintai Nabi, mendekati tanggal 12 Rabiul Awal yang diyakini sebagai hari kelahiran Rasulullah, Maulid Nabi, perlu kita putar kembali ingatan kita kepada besarnya kasih sayang dan pengorbanan beliau untuk umatnya. Kasih sayang itu, bahkan menjadi sifat Rasulullah yang difirmankan Allah Ta'ala:

لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
sSungguh telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasih lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin (QS. At-Taubat : 128)

Dalam menjelaskan ayat ini, Sayyid Qutb dalam Tafsir Fi Zhilalil Qur'an mengatakan, "Allah tidak mengatakan 'rasul dari kalian' tetapi mengatakan 'dari kaummu sendiri'. Ungkapan ini lebih sensitif, lebih dalam hubungannya dan lebih menunjukkan ikatan yang mengaitkan mereka. Karena beliau adalah bagian dari diri mereka, yang bersambung dengan mereka dengan hubungan jiwa dengan jiwa, sehingga hubungan ini lebih dalam dan lebih sensitif."

Sedangkan Ibnu Katsir dalam Tafsir Qur'anil Adzim berkata, "Allah SWT menyebutkan limpahan nikmat yang telah diberikan-Nya kepada orang-orangy mukmin melalui seorang rasul yang diutus oleh-Nya dari kalangan mereka sendiri, yakni dari bangsa mereka dan sebahasa dengan mereka."

Diantara kasih sayang dan pengorbanan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah tiga hal berikut:

1. Selalu Menginginkan Keselamatan dan Kebaikan bagi Umatnya

Rasulullah senantiasa menginginkan keselamatan dan kebaikan bagi umatnya, meskipun pada saat itu mereka masih menentang dakwah Rasulullah. Bahkan memusuhi dan menyakiti hati Sang Nabi. Rasulullah tidak ingin umatnya diadzab Allah, meskipun malaikat telah datang menawarkan bantuan, seakan malaikat itu sudah tidak sabar dengan penderitaan Muhammad akibat permusuhan kaum/kabilah tertentu.

Hari itu, Rasulullah berdarah-darah. Kakinya terluka oleh lemparan batu penduduk Thaif. Bukannya menerima dakwah Rasulullah, mereka justru mengusir Rasulullah dengan cacian dan batu. Betapa sedih hati Rasulullah saat itu. Kesedihannya bukan karena merasakan sakitnya darah mengalir, tetapi karena umatnya belum mendapat hidayah. Jika air mata Rasulullah berlinang pada saat itu, itu bukan karena perihnya luka, tetapi karena sayangnya beliau kepada umat.

Rasulullah kemudian bersimpuh, berdoa kepada Allah dengan doa yang menyayat hati, terutama bagi Zaid bin Haritsah yang menemani beliau saat itu: "Ya Allah, kepadaMu juga aku mengadukan kelemahan kekuatanku, kekurangan siasatku dan kehinaanku di hadapan manusia. Engkau Yang Paling Pengasih, Engkau adalah Tuhannya orang-orang lemah, Engkaulah Tuhanku, kepada siapa hendak Kau serahkan diriku? Kepada orang jauh yang bermuka masam kepadaku, ataukah musuh yang akan menguasai urusanku? Aku tidak peduli asalkan Engkau tidak murka kepadaku, sebab sungguh teramat luas rahmat yang Engkau limpahkan kepadaku. Aku berlindung dengan DzatMu yang menyinari segala kegelapan dan yang karenanya urusan dunia dan akhirat menjadi baik, agar Engkau tidak menurunkan kemarahanMu kepadaku atau murka kepadaku. Engkaulah yang berhak menegurku hingga Engkau ridha. Tidak ada daya dan kekuatan selain denganMu"

Saat itulah kemudian malaikat datang kepada beliau dengan menawarkan bantuan untuk menghukum penduduk Thaif. "Wahai Rasulullah, berilah aku perintahmu. Jika engkau mau aku menghimpitkan kedua bukit ini pun niscaya aku akan lakukan!"

Rasulullah menjawab, "Jangan... Jangan! Bahkan aku berharap Allah akan mengeluarkan dari tulang sulbi mereka keturunan yang akan menyembah Allah semata, tidak disekutukanNya dengan apa pun... !" Berkat doa Rasulullah ini, beberapa tahun kemudian penduduk Thaif menjadi ahli tauhid. Bahkan ketika ada kasus murtad sepeninggal Rasulullah, Thaif merupakan salah satu daerah yang steril dari kemurtadan.

Pada kesempatan yang lain, sahabat beliau Thufail bin Amr datang mengadukan kaumnya yang tidak mau menerima dakwah, bahkan menentangnya. Thufail meminta Rasulullah berdoa kepada Allah untuk kehancuran penduduk Daus, namun beliau berdoa dengan doa lain yang membuatnya terpesona. “Ya Allah, tunjukilah penduduk Daus dan bawalah mereka ke sini sebagai orang-orang Islam,” berkat doa Rasulullah ini, kelak ketika seusai perang Khaibar penduduk Daus datang ke Madinah untuk memberikan kabar gembira keislaman mereka. Tak kurang dari 80 keluarga datang bersama Thufail saat itu.

Demikian juga dalam banyak kesempatan yang lain. Ketika orang-orang Quraisy dan kafir lainnya menentang Rasulullah dan mencaci makinya, beliau kerap membalas kejahatan mereka dengan doa: "Allaahummahdii qaumii, fainnahum laa ya'lamuun" (Ya Allah, ampunilah kaumku. Sesungguhnya mereka belum mengetahui).

Keinginan Rasulullah agar umatnya berada dalam keselamatan dan kebaikan serta terhindar dari adzab ini diijabahi Allah dengan ketentuanNya. Dia mengistimewakan umat Muhammad dengan tidak menurunkan adzab kepada mereka. Tidak seperti kaum terdahulu, di saat mereka ingkar kepada ajaran Nabi, mereka dihukum dengan adzab yang menghancurkan dan menghabisi riwayat kaum tersebut.

2. Memberi Syafaat bagi Umatnya

Inilah kasih sayang dan pengorbanan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam yang kedua, yang tidak dimiliki oleh para nabi sebelumnya. Yakni syafaat untuk umat.

Sebenarnya, setiap Nabi diberikan doa mustajab oleh Allah. Namun, nabi-nabi sebelumnya telah menggunakan doa tersebut, sebagiannya sebagai senjata pamungkas untuk menghancurkan orang-orang kafir dengan adzab Allah. Adapun Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, beliau menyimpan doa tersebut sebagai syafaat bagi umatnya, kelak di hari hisab.

Rasulullah bersabda:

لِكُلِّ نَبِىٍّ دَعْوَةٌ مُسْتَجَابَةٌ فَتَعَجَّلَ كُلُّ نَبِىٍّ دَعْوَتَهُ وَإِنِّى اخْتَبَأْتُ دَعْوَتِى شَفَاعَةً لأُمَّتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَهِىَ نَائِلَةٌ إِنْ شَاءَ اللَّهُ مَنْ مَاتَ مِنْ أُمَّتِى لاَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا
"Setiap Nabi memiliki doa yang mustajab, maka setiap nabi menyegerakan doanya. Dan sesungguhnya aku menyembunyikan doaku sebagai syafa'at bagi umatku pada hari kiamat. Dan insya Allah syafa'atku untuk setiap orang yang mati dari kalangan umatku dalam keadaan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apa pun" (HR. Muslim)

Subhanallah… Rasulullah bersabar dengan kesabaran yang sempurna, bahkan tidak dimiliki oleh Nabi sebelumnya, untuk tidak menggunakan "doa pamungkas" itu kecuali di akhirat nanti, sebagai syafaat bagi umatnya.

Dalam hadits lain yang sangat panjang, dikisahkan bahwa nanti di hari kiamat manusia ingin memperoleh syafaat. Mereka datang meminta syafaat kepada Nabi Adam, Ibrahim, Nuh, Musa, dan Isa. Tetapi semuanya malu meminta syafaat kepada Allah. Maka mereka pun mendatangi Rasulullah, dan beliau pun memintakan syafaat kepada Allah.

3. Meringankan Sakaratul Maut Umatnya

Kasih sayang dan pengorbanan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam yang tidak kalah besarnya terjadi pada akhir hayat beliau. Saat itu, Malaikat maut ditemani Jibril datang kepada beliau mengabarkan hendak mencabut nyawa beliau.

“Bolehkah aku masuk?” kata seseorang yang mengetuk pintu rumah Rasulullah. Saat itu Fatimah menunggui sang Nabi.
“Maaf, ayahku sedang demam,” jawab Fatimah.
Tetapi, Rasulullah yang tahu bahwa tamu itu adalah malaikat, beliau menyuruh Fatiman mempersilakan. “Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut,” Fatimah menahan tangis, sadar akan berpisah dengan ayah tercinta.

Malaikat maut datang menghampiri, lalu mengajak Jibril setelah Rasulullah menanyakannya.
“Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?” tanya Rasululllah, suaranya telah melemah.
“Pintu-pintu langit telah dibuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu, ” kata Jibril.
Di saat seperti itu, Rasulullah tetap memikirkan umatnya. Beliau tidak puas dengan jawaban Jibril untuk beliau saja.
“Engkau tidak senang mendengar khabar ini wahai kekasih Allah?” tanya Jibril. “Wahai Jibril, bagaimana dengan nasib umatku kelak?”
“Jangan khawatir, wahai Rasulullah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: ‘Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya,” kata Jibril.
Setelah itu, sesuai perintah Allah, malaikat maut perlahan-lahan mencabut ruh Rasulullah. Fatimah dan Ali yang duduk di dekat Nabi tak kuasa menahan air mata. Bahkan Jibril juga tak "tega." Namun, Rasulullah justru meminta agar beliau menanggung sakaratul maut umatnya.
“Ya Allah, dahsyat nian sakaratal maut ini, biarlah aku menanggung sakaratul maut ini, jangan (beratkan sakaratul maut) pada umatku," pinta Rasulullah. Setelah berwasiat “Ummatii, ummatii, ummatiii!” beliaupun menghembuskan nafasnya yang terakhir.

Sang Nabi terakhir yang sangat mencintai umatnya itupun menghadap Allah untuk selamanya. Fatimah dan Ali tak kuasa menahan duka dan kesedihan.

Kita pun sangat pantas bersedih, bahkan di saat kita belum melakukan apapun untuk Islam, Rasulullah telah menanggung (sebagian) sakitnya sakaratul maut kita.

Pertanyaannya, apakah kita kemudian terpanggil untuk lebih mencintai Nabi, mengikuti dan meneladaninya? Semoga momentum maulid Nabi membuat kita sadar kasih sayang dan pengorbanan Rasulullah, lalu kita pun mencintai Nabi, mengikuti dan meneladaninya. Wallaahu a'lam bish shawab. [Abu Nida]\

sundana
Nadya jeung sadulur mah, moméntum Kalahiran Nabi kudu nyieun urang leuwih asih Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, jeung nu cinta nu ngajadikeun urang nuturkeun manéhna jeung niru manéhna. Ulah ingkeun ulang tahun Nabawi ngajadikeun urang leuwih jauh ti Sunnah.

Pikeun sunda teh Nabi, approaching nu ka-12 tina Rabiulawal al-Awwal dipercaya jadi hari Nabi, Nabawi Birthday, urang kudu ngulang deui kenangan urang ka gedena sunda sarta kurban pikeun rahayatna. Kasih sayang, komo ka alam Rosululloh Alloh swt hath diucapkeun:

لقد جاءكم رسول من أنفسكم عزيز عليه ما عنتم حريص عليكم بالمؤمنين رءوف رحيم
Sungguh geus datang ka Anjeun hiji Rasul ti imah bapana Anjeun sorangan, beurat dirasakeun ku anjeunna nalangsara, rék (iman jeung kasalametan) anjeun, rahmat deui pisan asih ka mukmin (QS Dina-Taubah:. 128)

Dina dijelaskeun ku ayat ieu, Sayyid Qutb dina Zhilalil Fi Tafsir Quran nyebutkeun, "Allah teu nyebutkeun 'rasul anjeun' tapi ceuk 'jalma maneh sorangan'. Éksprési Ieu leuwih sensitip, beuki loba nempokeun dina hubungan beungkeut nyambungkeun maranehna. Sabab manéhna téh mangrupa bagian tina diri urang, nu terus jeung sambungan jiwa maranéhanana jeung jiwa, ku kituna hubungan ieu téh deeper jeung leuwih sensitip. "

Sedengkeun Tafsir Ibnu Kathir di Qur'anil Adzim ngomong, "Allah disebutkeun berkah loba pisan anu geus dibikeun ka mu'min orangy ngaliwatan utusan anu dikirim ku éta manéhna ti antara sorangan, ti bangsa jeung sebahasa maranéhanana sareng maranehna."

Antara cinta jeung kurban Nabi shallallahu 'wasallam alaihi nyaeta tilu hal:

1. Salawasna Wanting Kasalametan jeung kahadean pikeun Jalma-Na

Nabi sok hayang kaamanan jeung alus rahayatna, sanajan dina waktu anu masih ngalawan propaganda Rasulullah saw. Komo mumusuhan jeung menyakiti Nabi. Nabi teu hayang urang nya diadzab Allah, sanajan malaikat kungsi datang ka nawarkeun bantuan, saolah-olah malaikat anu geus teu sabaran jeung Muhammad nalangsara alatan mumusuhan tina / suku tangtu.

Dina sapoe, Rasul perdarahan. Leg Nya ieu luka ku batu buang warga Ta'if. Tinimbang nampa payel nu keur propaganda Nabi, bakal ngaluarkeun utusan jeung hinaan jeung batu. Kumaha jantung hanjelu Nabi dina mangsa éta. Duka teu ngarasa nyeri alatan getih ngalir, tapi kusabab urang nya geus teu narima hidayah. Lamun lawon welled Nabi dina waktu éta, acan alatan pangs tatu, tapi kusabab Hanjakalna manéhna ka rahayat.

Nabi mangka knelt, ngado'a ka Allah jeung doa, jantung-wrenching, hususna keur Zaid bin Haritha nu marengan manéhna di waktu:. "O Allah, ka Thee oge Teluh ngajentrekeun kalemahan, shortcomings jeung kehinaanku siasatku saméméh lalaki Anjeun Nu Maha Asih, Anjeun téh jalma lemah Gusti, Thou seni Allah mah, ka saha Anjeun hoyong ngalebetkeun sorangan? pikeun jauh éta surly ka kuring, atawa musuh bakal ngawasaan bisnis mah? mah teu paduli salami anjeun teu anger kuring, for deui nyaeta anugerah pisan lega nu Anjeun bestow dina kuring. kuring ngungsi jeung DzatMu nu illuminates kabéh gelap jeung nu saba kitu urusan dunya jeung akhirat jadi alus, ku kituna anjeun teu mawa turun murka ku amarah kuring atawa ka kuring. Anjeun dijudulan spoke ka kuring nepi ka Anjeun pelesir. teu aya daya jeung kakuatan ogé jeung You "

Éta lamun mangka malaikat datang ka manéhna jeung tawaran bantuan pikeun ngahukum nu pangeusi tina Ta'if. "O Rasul Allah, méré kuring pemesanan Anjeun. Lamun hayang kuring squeeze pasir ogé pasti kuring bakal ngalakukeun!"

Anjeunna ngawaler, "Ulah ... Ulah! Komo, Mugi Gusti bakal narik kaluar ti coccyx turunan maranéhanana anu baris ibadah Allah bae, teu disekutukanNya jeung nanaon ...!" Atuh ka solat Nabawi, sababaraha taun sanggeusna populasi Ta'if jadi monotheist. Komo lamun aya kasus Pemurtadan sanggeus maot Nabi, nu Taef mangrupa salah sahiji wewengkon steril tina Pemurtadan.

Dina kasempetan nu séjén, para sahabatna datang Thufail bin ngirut Teluh nu urang nya teu bakal narima propaganda, malah ngalawan eta. Thufail nanya ka Nabi ka taqwa ka Allah pikeun karuksakan populasi Daus, tapi manéhna ngado'a jeung sajabana nu fascinated. "O Allah, populasi tunjukilah Daus jeung mawa eta dieu salaku umat muslim," hatur nuhun kana doa Nabawi, engke lamun sanggeus perang populasi Khaibar Daus datang ka Madinah méré eta beja hade Islam. Teu aya nu ukur ti 80 kulawarga datang babarengan Thufail waktu éta.

Kitu ogé, dina loba kali séjénna. Lamun Quraisy jeung geus kafir lianna ngalawan Nabi jeung berate makinya, manéhna mindeng avenge kajahatan maranéhna jeung doa hiji: "Allaahummahdii qaumii, fainnahum ya'lamuun laÃ" (O Allah, ngahampura jalma mah Komo maranehna teu nyaho.).

Utusan kahayang nu urang nya aya di kaamanan jeung kahadean jeung pikeun nyegah murka Allah nyaeta diijabahi jeung dibekelan anak. Manéhna favored nu Ummah Muhammad nu taya panurunan siksa maranehna. Teu kawas baheula, basa aranjeunna rebelled ngalawan ajaran Nabi, maranéhanana dihukum jeung siksa jeung maehan ngancurkeun sajarah suku.

2. Mere  syafaat pikeun Jalma-Na

Ieu rasa cinta jeung kurban Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam kadua, nu teu dipiboga ku nabi saméméhna. Nyaéta syafaat pikeun urang.

Sabenerna, unggal Nabi dirumuskeun ku doa Allah efficacious. Tapi, nabi saméméhna geus dipaké solat, sabageannana minangka Pakarang pamungkas ka ngancurkeun golongan kafir jeung murka Allah. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, manéhna ngaheéat jadi doa intercessory pikeun rahayatna, saterusna dina poé reckoning.

Rasul Allah ngadawuh:

لكل نبى دعوة مستجابة فتعجل كل نبى دعوته وإنى اختبأت دعوتى شفاعة لأمتى يوم القيامة فهى نائلة إن شاء الله من مات من أمتى لا يشرك بالله شيئا
"Unggal nabi geus solat efficacious, mangka unggal nabi hasten solat-Na. Sarta pasti mah nyumputkeun solat mah salaku syafaat pikeun Ummah mah dina Poé Kiamat. Sarta Allah syafa'atku daék keur unggal jalmi nu mati ti antara jalma mah dina kaayaan teu associating Allah jeung hal naon bae "(HR. Muslim)

Subhanallah ... sabar Rasul jeung kasabaran sampurna, komo teu dipiboga ku nabi saméméhna, mun teu maké "solat pamungkas" iwal di akhirat, sakumaha syafaat pikeun rahayatna.

Dina hadits sejen anu pohara lila, ceuk nu saterusna dina poé jalma hayang laun syafaat kiamat. Maranéhanana datang nanyakeun pikeun syafaat Nabi Adam, Ibrahim, Nuh, Musa, jeung Isa. Tapi sakabeh malu ngeunaan nanyakeun syafaat ka Allah. Ngarah datang ka Nabi, sarta manéhna kudu ménta syafaat ka Allah.

3. nulungan Sakaratul Pupusna Jalma-Na

Asih jeung kurban Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam teu kurang gedena lumangsung di ahir hirupna. Dina waktu éta, malaikat maot dipirig ku Jibril datang ka manéhna preach manéhna ngeunaan mawa hirup.

"Nu kitu mah asalna di?" Ceuk lalaki anu knocked dina panto imah Nabi. Dina waktu éta Nabi Fatimah nungguan.
"Hampura, Bapa mah geus muriang," ceuk Fatimah.
Tapi, Nabi nu weruh yén éta téh hiji malaikat hirup, manéhna ka Fatiman ngajemput. "Behold, manéhna nu abolished nu pelesir samentara, manéhna nu misahkeun pasamoan di dunya. Manéhna malaikatul maot, "Fatimah deui lawon, sadar tina bagian jeung ramana tercinta.

Malaikat maot datang leuwih ti jeung nyandak Jibril sanggeus Nabi ditanya.
"Jibril, nu am mah ngajelaskeun engké dina ayana Allah?" Tanya Rasululllah, sora-Na geus ngaruksak.
"The lawang sorga geus dibuka, malaikat geus nungguan jiwa Anjeun. Sadaya sawarga kabuka dago-rupa for anjeun datang, "ceuk Jibril.
Dina kali kitu, Nabi terus pamikiran urang nya. Manéhna teu puas jeung jawaban nya ngan Jibril.
"Maneh teu happy ngadangu Khabar ieu O lover Allah?" Tanya Jibril. "O Jibril, naon ngeunaan nasib nu bakal datang mah jalma?"
"Ulah salempang, O Rasul Allah mah, geus ngadéngé Allah ngadawuh ka kuring: 'Kuharamkan Haven for urang jeung saha, iwal rahayat Muhammad geus aya di jerona," ceuk Jibril.
Sanggeus éta, nurutkeun pemesanan ti Allah, malaikat maot lalaunan tarik kaluar sumanget Nabi. Fatimah jeung Ali anu diuk deukeut Nabi ieu teu bisa tahan deui lawon. Komo Jibril ogé teu "biruang". Tapi, Nabi bakal ménta manéhna ka tega panto flock pupusna urang.
"Duh Gusti, ieu dahsyat maot sakaratal Nian, hayu kuring tega panto ieu maot Kang, teu (panto tekenan maot sacara) dina urang mah," tanya Nabi. Sanggeus intestate "Ummatii, ummatii, ummatiii!" Beliaupun napas panungtungan.

Nabi panungtung nu dipikacinta rahayat naros ka Allah pikeun kalanggengan. Fatimah jeung Ali teu bisa nolak kanalangsaan jeung sedih.

Urang ogé pohara aya gunana sabab sedih, sanajan urang teu ngalakukeun nanaon ka Islam, Nabi kudu tega (bagian) urang ngambekan geringna panungtungan-Na.

Ditaroskeun téh, naha urang mangka disebut sunda teh Nabi, turutan jeung niru manéhna? Muga moméntum ulang tahun Nabawi ngajadikeun urang sadar asih jeung kurban Nabi, mangka urang ogé sunda teh Nabi, turutan jeung niru. Wallaahu sowab weruh bish pangalusna. [Abu Nida]


Ceramah Maulid Nabi: 3 Pengorbanan Rasulullah yang Mengharukan
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgA_B83XSce2JxoZEQ31fteDDnDY-hlUuH0aXMOWvWAmnCHnjjUk7GWZ4T3rs2HG6ekLjmGo2oic-EeIUhiTZ0Hhrh26xL1MlCT_0XEk5qaMiLgqzXxkQoFAaXZFl1OET7EjGjpKmxfzQ/s320/Ceramah+maulid+Nabi+-+Pengorbanan+Muhammad.jpg

Saudara-saudaraku, momentum Maulid Nabi seharusnya menjadikan kita lebih mencintai Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, lalu kecintaan itu membuat kita mengikuti beliau dan meneladaninya. Jangan sampai, maulid Nabi justru membuat kita semakin jauh dari sunnahnya.

Untuk lebih mencintai Nabi, mendekati tanggal 12 Rabiul Awal yang diyakini sebagai hari kelahiran Rasulullah, Maulid Nabi, perlu kita putar kembali ingatan kita kepada besarnya kasih sayang dan pengorbanan beliau untuk umatnya. Kasih sayang itu, bahkan menjadi sifat Rasulullah yang difirmankan Allah Ta'ala:

لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
sSungguh telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasih lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin (QS. At-Taubat : 128)

Dalam menjelaskan ayat ini, Sayyid Qutb dalam Tafsir Fi Zhilalil Qur'an mengatakan, "Allah tidak mengatakan 'rasul dari kalian' tetapi mengatakan 'dari kaummu sendiri'. Ungkapan ini lebih sensitif, lebih dalam hubungannya dan lebih menunjukkan ikatan yang mengaitkan mereka. Karena beliau adalah bagian dari diri mereka, yang bersambung dengan mereka dengan hubungan jiwa dengan jiwa, sehingga hubungan ini lebih dalam dan lebih sensitif."

Sedangkan Ibnu Katsir dalam Tafsir Qur'anil Adzim berkata, "Allah SWT menyebutkan limpahan nikmat yang telah diberikan-Nya kepada orang-orangy mukmin melalui seorang rasul yang diutus oleh-Nya dari kalangan mereka sendiri, yakni dari bangsa mereka dan sebahasa dengan mereka."

Diantara kasih sayang dan pengorbanan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah tiga hal berikut:

1. Selalu Menginginkan Keselamatan dan Kebaikan bagi Umatnya

Rasulullah senantiasa menginginkan keselamatan dan kebaikan bagi umatnya, meskipun pada saat itu mereka masih menentang dakwah Rasulullah. Bahkan memusuhi dan menyakiti hati Sang Nabi. Rasulullah tidak ingin umatnya diadzab Allah, meskipun malaikat telah datang menawarkan bantuan, seakan malaikat itu sudah tidak sabar dengan penderitaan Muhammad akibat permusuhan kaum/kabilah tertentu.

Hari itu, Rasulullah berdarah-darah. Kakinya terluka oleh lemparan batu penduduk Thaif. Bukannya menerima dakwah Rasulullah, mereka justru mengusir Rasulullah dengan cacian dan batu. Betapa sedih hati Rasulullah saat itu. Kesedihannya bukan karena merasakan sakitnya darah mengalir, tetapi karena umatnya belum mendapat hidayah. Jika air mata Rasulullah berlinang pada saat itu, itu bukan karena perihnya luka, tetapi karena sayangnya beliau kepada umat.

Rasulullah kemudian bersimpuh, berdoa kepada Allah dengan doa yang menyayat hati, terutama bagi Zaid bin Haritsah yang menemani beliau saat itu: "Ya Allah, kepadaMu juga aku mengadukan kelemahan kekuatanku, kekurangan siasatku dan kehinaanku di hadapan manusia. Engkau Yang Paling Pengasih, Engkau adalah Tuhannya orang-orang lemah, Engkaulah Tuhanku, kepada siapa hendak Kau serahkan diriku? Kepada orang jauh yang bermuka masam kepadaku, ataukah musuh yang akan menguasai urusanku? Aku tidak peduli asalkan Engkau tidak murka kepadaku, sebab sungguh teramat luas rahmat yang Engkau limpahkan kepadaku. Aku berlindung dengan DzatMu yang menyinari segala kegelapan dan yang karenanya urusan dunia dan akhirat menjadi baik, agar Engkau tidak menurunkan kemarahanMu kepadaku atau murka kepadaku. Engkaulah yang berhak menegurku hingga Engkau ridha. Tidak ada daya dan kekuatan selain denganMu"

Saat itulah kemudian malaikat datang kepada beliau dengan menawarkan bantuan untuk menghukum penduduk Thaif. "Wahai Rasulullah, berilah aku perintahmu. Jika engkau mau aku menghimpitkan kedua bukit ini pun niscaya aku akan lakukan!"

Rasulullah menjawab, "Jangan... Jangan! Bahkan aku berharap Allah akan mengeluarkan dari tulang sulbi mereka keturunan yang akan menyembah Allah semata, tidak disekutukanNya dengan apa pun... !" Berkat doa Rasulullah ini, beberapa tahun kemudian penduduk Thaif menjadi ahli tauhid. Bahkan ketika ada kasus murtad sepeninggal Rasulullah, Thaif merupakan salah satu daerah yang steril dari kemurtadan.

Pada kesempatan yang lain, sahabat beliau Thufail bin Amr datang mengadukan kaumnya yang tidak mau menerima dakwah, bahkan menentangnya. Thufail meminta Rasulullah berdoa kepada Allah untuk kehancuran penduduk Daus, namun beliau berdoa dengan doa lain yang membuatnya terpesona. “Ya Allah, tunjukilah penduduk Daus dan bawalah mereka ke sini sebagai orang-orang Islam,” berkat doa Rasulullah ini, kelak ketika seusai perang Khaibar penduduk Daus datang ke Madinah untuk memberikan kabar gembira keislaman mereka. Tak kurang dari 80 keluarga datang bersama Thufail saat itu.

Demikian juga dalam banyak kesempatan yang lain. Ketika orang-orang Quraisy dan kafir lainnya menentang Rasulullah dan mencaci makinya, beliau kerap membalas kejahatan mereka dengan doa: "Allaahummahdii qaumii, fainnahum laa ya'lamuun" (Ya Allah, ampunilah kaumku. Sesungguhnya mereka belum mengetahui).

Keinginan Rasulullah agar umatnya berada dalam keselamatan dan kebaikan serta terhindar dari adzab ini diijabahi Allah dengan ketentuanNya. Dia mengistimewakan umat Muhammad dengan tidak menurunkan adzab kepada mereka. Tidak seperti kaum terdahulu, di saat mereka ingkar kepada ajaran Nabi, mereka dihukum dengan adzab yang menghancurkan dan menghabisi riwayat kaum tersebut.

2. Memberi Syafaat bagi Umatnya

Inilah kasih sayang dan pengorbanan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam yang kedua, yang tidak dimiliki oleh para nabi sebelumnya. Yakni syafaat untuk umat.

Sebenarnya, setiap Nabi diberikan doa mustajab oleh Allah. Namun, nabi-nabi sebelumnya telah menggunakan doa tersebut, sebagiannya sebagai senjata pamungkas untuk menghancurkan orang-orang kafir dengan adzab Allah. Adapun Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, beliau menyimpan doa tersebut sebagai syafaat bagi umatnya, kelak di hari hisab.

Rasulullah bersabda:

لِكُلِّ نَبِىٍّ دَعْوَةٌ مُسْتَجَابَةٌ فَتَعَجَّلَ كُلُّ نَبِىٍّ دَعْوَتَهُ وَإِنِّى اخْتَبَأْتُ دَعْوَتِى شَفَاعَةً لأُمَّتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَهِىَ نَائِلَةٌ إِنْ شَاءَ اللَّهُ مَنْ مَاتَ مِنْ أُمَّتِى لاَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا
"Setiap Nabi memiliki doa yang mustajab, maka setiap nabi menyegerakan doanya. Dan sesungguhnya aku menyembunyikan doaku sebagai syafa'at bagi umatku pada hari kiamat. Dan insya Allah syafa'atku untuk setiap orang yang mati dari kalangan umatku dalam keadaan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apa pun" (HR. Muslim)

Subhanallah… Rasulullah bersabar dengan kesabaran yang sempurna, bahkan tidak dimiliki oleh Nabi sebelumnya, untuk tidak menggunakan "doa pamungkas" itu kecuali di akhirat nanti, sebagai syafaat bagi umatnya.

Dalam hadits lain yang sangat panjang, dikisahkan bahwa nanti di hari kiamat manusia ingin memperoleh syafaat. Mereka datang meminta syafaat kepada Nabi Adam, Ibrahim, Nuh, Musa, dan Isa. Tetapi semuanya malu meminta syafaat kepada Allah. Maka mereka pun mendatangi Rasulullah, dan beliau pun memintakan syafaat kepada Allah.

3. Meringankan Sakaratul Maut Umatnya

Kasih sayang dan pengorbanan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam yang tidak kalah besarnya terjadi pada akhir hayat beliau. Saat itu, Malaikat maut ditemani Jibril datang kepada beliau mengabarkan hendak mencabut nyawa beliau.

“Bolehkah aku masuk?” kata seseorang yang mengetuk pintu rumah Rasulullah. Saat itu Fatimah menunggui sang Nabi.
“Maaf, ayahku sedang demam,” jawab Fatimah.
Tetapi, Rasulullah yang tahu bahwa tamu itu adalah malaikat, beliau menyuruh Fatiman mempersilakan. “Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut,” Fatimah menahan tangis, sadar akan berpisah dengan ayah tercinta.

Malaikat maut datang menghampiri, lalu mengajak Jibril setelah Rasulullah menanyakannya.
“Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?” tanya Rasululllah, suaranya telah melemah.
“Pintu-pintu langit telah dibuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu, ” kata Jibril.
Di saat seperti itu, Rasulullah tetap memikirkan umatnya. Beliau tidak puas dengan jawaban Jibril untuk beliau saja.
“Engkau tidak senang mendengar khabar ini wahai kekasih Allah?” tanya Jibril. “Wahai Jibril, bagaimana dengan nasib umatku kelak?”
“Jangan khawatir, wahai Rasulullah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: ‘Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya,” kata Jibril.
Setelah itu, sesuai perintah Allah, malaikat maut perlahan-lahan mencabut ruh Rasulullah. Fatimah dan Ali yang duduk di dekat Nabi tak kuasa menahan air mata. Bahkan Jibril juga tak "tega." Namun, Rasulullah justru meminta agar beliau menanggung sakaratul maut umatnya.
“Ya Allah, dahsyat nian sakaratal maut ini, biarlah aku menanggung sakaratul maut ini, jangan (beratkan sakaratul maut) pada umatku," pinta Rasulullah. Setelah berwasiat “Ummatii, ummatii, ummatiii!” beliaupun menghembuskan nafasnya yang terakhir.

Sang Nabi terakhir yang sangat mencintai umatnya itupun menghadap Allah untuk selamanya. Fatimah dan Ali tak kuasa menahan duka dan kesedihan.

Kita pun sangat pantas bersedih, bahkan di saat kita belum melakukan apapun untuk Islam, Rasulullah telah menanggung (sebagian) sakitnya sakaratul maut kita.

Pertanyaannya, apakah kita kemudian terpanggil untuk lebih mencintai Nabi, mengikuti dan meneladaninya? Semoga momentum maulid Nabi membuat kita sadar kasih sayang dan pengorbanan Rasulullah, lalu kita pun mencintai Nabi, mengikuti dan meneladaninya. Wallaahu a'lam bish shawab. [Abu Nida]\

sundana
Nadya jeung sadulur mah, moméntum Kalahiran Nabi kudu nyieun urang leuwih asih Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, jeung nu cinta nu ngajadikeun urang nuturkeun manéhna jeung niru manéhna. Ulah ingkeun ulang tahun Nabawi ngajadikeun urang leuwih jauh ti Sunnah.

Pikeun sunda teh Nabi, approaching nu ka-12 tina Rabiulawal al-Awwal dipercaya jadi hari Nabi, Nabawi Birthday, urang kudu ngulang deui kenangan urang ka gedena sunda sarta kurban pikeun rahayatna. Kasih sayang, komo ka alam Rosululloh Alloh swt hath diucapkeun:

لقد جاءكم رسول من أنفسكم عزيز عليه ما عنتم حريص عليكم بالمؤمنين رءوف رحيم
Sungguh geus datang ka Anjeun hiji Rasul ti imah bapana Anjeun sorangan, beurat dirasakeun ku anjeunna nalangsara, rék (iman jeung kasalametan) anjeun, rahmat deui pisan asih ka mukmin (QS Dina-Taubah:. 128)

Dina dijelaskeun ku ayat ieu, Sayyid Qutb dina Zhilalil Fi Tafsir Quran nyebutkeun, "Allah teu nyebutkeun 'rasul anjeun' tapi ceuk 'jalma maneh sorangan'. Éksprési Ieu leuwih sensitip, beuki loba nempokeun dina hubungan beungkeut nyambungkeun maranehna. Sabab manéhna téh mangrupa bagian tina diri urang, nu terus jeung sambungan jiwa maranéhanana jeung jiwa, ku kituna hubungan ieu téh deeper jeung leuwih sensitip. "

Sedengkeun Tafsir Ibnu Kathir di Qur'anil Adzim ngomong, "Allah disebutkeun berkah loba pisan anu geus dibikeun ka mu'min orangy ngaliwatan utusan anu dikirim ku éta manéhna ti antara sorangan, ti bangsa jeung sebahasa maranéhanana sareng maranehna."

Antara cinta jeung kurban Nabi shallallahu 'wasallam alaihi nyaeta tilu hal:

1. Salawasna Wanting Kasalametan jeung kahadean pikeun Jalma-Na

Nabi sok hayang kaamanan jeung alus rahayatna, sanajan dina waktu anu masih ngalawan propaganda Rasulullah saw. Komo mumusuhan jeung menyakiti Nabi. Nabi teu hayang urang nya diadzab Allah, sanajan malaikat kungsi datang ka nawarkeun bantuan, saolah-olah malaikat anu geus teu sabaran jeung Muhammad nalangsara alatan mumusuhan tina / suku tangtu.

Dina sapoe, Rasul perdarahan. Leg Nya ieu luka ku batu buang warga Ta'if. Tinimbang nampa payel nu keur propaganda Nabi, bakal ngaluarkeun utusan jeung hinaan jeung batu. Kumaha jantung hanjelu Nabi dina mangsa éta. Duka teu ngarasa nyeri alatan getih ngalir, tapi kusabab urang nya geus teu narima hidayah. Lamun lawon welled Nabi dina waktu éta, acan alatan pangs tatu, tapi kusabab Hanjakalna manéhna ka rahayat.

Nabi mangka knelt, ngado'a ka Allah jeung doa, jantung-wrenching, hususna keur Zaid bin Haritha nu marengan manéhna di waktu:. "O Allah, ka Thee oge Teluh ngajentrekeun kalemahan, shortcomings jeung kehinaanku siasatku saméméh lalaki Anjeun Nu Maha Asih, Anjeun téh jalma lemah Gusti, Thou seni Allah mah, ka saha Anjeun hoyong ngalebetkeun sorangan? pikeun jauh éta surly ka kuring, atawa musuh bakal ngawasaan bisnis mah? mah teu paduli salami anjeun teu anger kuring, for deui nyaeta anugerah pisan lega nu Anjeun bestow dina kuring. kuring ngungsi jeung DzatMu nu illuminates kabéh gelap jeung nu saba kitu urusan dunya jeung akhirat jadi alus, ku kituna anjeun teu mawa turun murka ku amarah kuring atawa ka kuring. Anjeun dijudulan spoke ka kuring nepi ka Anjeun pelesir. teu aya daya jeung kakuatan ogé jeung You "

Éta lamun mangka malaikat datang ka manéhna jeung tawaran bantuan pikeun ngahukum nu pangeusi tina Ta'if. "O Rasul Allah, méré kuring pemesanan Anjeun. Lamun hayang kuring squeeze pasir ogé pasti kuring bakal ngalakukeun!"

Anjeunna ngawaler, "Ulah ... Ulah! Komo, Mugi Gusti bakal narik kaluar ti coccyx turunan maranéhanana anu baris ibadah Allah bae, teu disekutukanNya jeung nanaon ...!" Atuh ka solat Nabawi, sababaraha taun sanggeusna populasi Ta'if jadi monotheist. Komo lamun aya kasus Pemurtadan sanggeus maot Nabi, nu Taef mangrupa salah sahiji wewengkon steril tina Pemurtadan.

Dina kasempetan nu séjén, para sahabatna datang Thufail bin ngirut Teluh nu urang nya teu bakal narima propaganda, malah ngalawan eta. Thufail nanya ka Nabi ka taqwa ka Allah pikeun karuksakan populasi Daus, tapi manéhna ngado'a jeung sajabana nu fascinated. "O Allah, populasi tunjukilah Daus jeung mawa eta dieu salaku umat muslim," hatur nuhun kana doa Nabawi, engke lamun sanggeus perang populasi Khaibar Daus datang ka Madinah méré eta beja hade Islam. Teu aya nu ukur ti 80 kulawarga datang babarengan Thufail waktu éta.

Kitu ogé, dina loba kali séjénna. Lamun Quraisy jeung geus kafir lianna ngalawan Nabi jeung berate makinya, manéhna mindeng avenge kajahatan maranéhna jeung doa hiji: "Allaahummahdii qaumii, fainnahum ya'lamuun laÃ" (O Allah, ngahampura jalma mah Komo maranehna teu nyaho.).

Utusan kahayang nu urang nya aya di kaamanan jeung kahadean jeung pikeun nyegah murka Allah nyaeta diijabahi jeung dibekelan anak. Manéhna favored nu Ummah Muhammad nu taya panurunan siksa maranehna. Teu kawas baheula, basa aranjeunna rebelled ngalawan ajaran Nabi, maranéhanana dihukum jeung siksa jeung maehan ngancurkeun sajarah suku.

2. Mere  syafaat pikeun Jalma-Na

Ieu rasa cinta jeung kurban Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam kadua, nu teu dipiboga ku nabi saméméhna. Nyaéta syafaat pikeun urang.

Sabenerna, unggal Nabi dirumuskeun ku doa Allah efficacious. Tapi, nabi saméméhna geus dipaké solat, sabageannana minangka Pakarang pamungkas ka ngancurkeun golongan kafir jeung murka Allah. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, manéhna ngaheéat jadi doa intercessory pikeun rahayatna, saterusna dina poé reckoning.

Rasul Allah ngadawuh:

لكل نبى دعوة مستجابة فتعجل كل نبى دعوته وإنى اختبأت دعوتى شفاعة لأمتى يوم القيامة فهى نائلة إن شاء الله من مات من أمتى لا يشرك بالله شيئا
"Unggal nabi geus solat efficacious, mangka unggal nabi hasten solat-Na. Sarta pasti mah nyumputkeun solat mah salaku syafaat pikeun Ummah mah dina Poé Kiamat. Sarta Allah syafa'atku daék keur unggal jalmi nu mati ti antara jalma mah dina kaayaan teu associating Allah jeung hal naon bae "(HR. Muslim)

Subhanallah ... sabar Rasul jeung kasabaran sampurna, komo teu dipiboga ku nabi saméméhna, mun teu maké "solat pamungkas" iwal di akhirat, sakumaha syafaat pikeun rahayatna.

Dina hadits sejen anu pohara lila, ceuk nu saterusna dina poé jalma hayang laun syafaat kiamat. Maranéhanana datang nanyakeun pikeun syafaat Nabi Adam, Ibrahim, Nuh, Musa, jeung Isa. Tapi sakabeh malu ngeunaan nanyakeun syafaat ka Allah. Ngarah datang ka Nabi, sarta manéhna kudu ménta syafaat ka Allah.

3. nulungan Sakaratul Pupusna Jalma-Na

Asih jeung kurban Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam teu kurang gedena lumangsung di ahir hirupna. Dina waktu éta, malaikat maot dipirig ku Jibril datang ka manéhna preach manéhna ngeunaan mawa hirup.

"Nu kitu mah asalna di?" Ceuk lalaki anu knocked dina panto imah Nabi. Dina waktu éta Nabi Fatimah nungguan.
"Hampura, Bapa mah geus muriang," ceuk Fatimah.
Tapi, Nabi nu weruh yén éta téh hiji malaikat hirup, manéhna ka Fatiman ngajemput. "Behold, manéhna nu abolished nu pelesir samentara, manéhna nu misahkeun pasamoan di dunya. Manéhna malaikatul maot, "Fatimah deui lawon, sadar tina bagian jeung ramana tercinta.

Malaikat maot datang leuwih ti jeung nyandak Jibril sanggeus Nabi ditanya.
"Jibril, nu am mah ngajelaskeun engké dina ayana Allah?" Tanya Rasululllah, sora-Na geus ngaruksak.
"The lawang sorga geus dibuka, malaikat geus nungguan jiwa Anjeun. Sadaya sawarga kabuka dago-rupa for anjeun datang, "ceuk Jibril.
Dina kali kitu, Nabi terus pamikiran urang nya. Manéhna teu puas jeung jawaban nya ngan Jibril.
"Maneh teu happy ngadangu Khabar ieu O lover Allah?" Tanya Jibril. "O Jibril, naon ngeunaan nasib nu bakal datang mah jalma?"
"Ulah salempang, O Rasul Allah mah, geus ngadéngé Allah ngadawuh ka kuring: 'Kuharamkan Haven for urang jeung saha, iwal rahayat Muhammad geus aya di jerona," ceuk Jibril.
Sanggeus éta, nurutkeun pemesanan ti Allah, malaikat maot lalaunan tarik kaluar sumanget Nabi. Fatimah jeung Ali anu diuk deukeut Nabi ieu teu bisa tahan deui lawon. Komo Jibril ogé teu "biruang". Tapi, Nabi bakal ménta manéhna ka tega panto flock pupusna urang.
"Duh Gusti, ieu dahsyat maot sakaratal Nian, hayu kuring tega panto ieu maot Kang, teu (panto tekenan maot sacara) dina urang mah," tanya Nabi. Sanggeus intestate "Ummatii, ummatii, ummatiii!" Beliaupun napas panungtungan.

Nabi panungtung nu dipikacinta rahayat naros ka Allah pikeun kalanggengan. Fatimah jeung Ali teu bisa nolak kanalangsaan jeung sedih.

Urang ogé pohara aya gunana sabab sedih, sanajan urang teu ngalakukeun nanaon ka Islam, Nabi kudu tega (bagian) urang ngambekan geringna panungtungan-Na.

Ditaroskeun téh, naha urang mangka disebut sunda teh Nabi, turutan jeung niru manéhna? Muga moméntum ulang tahun Nabawi ngajadikeun urang sadar asih jeung kurban Nabi, mangka urang ogé sunda teh Nabi, turutan jeung niru. Wallaahu sowab weruh bish pangalusna. [Abu Nida]